
Cinta Laura: Mendobrak Kesenjangan Gender, Perempuan Berharga dan Berdaya
Ulya Himmatul
Diperbarui 17 Feb 2024, 08:30 WIB
Cinta Laura Kiehl dalam Pembukaan Rumah Sraddha (dok: Kompas)
Womenwithbrain.com, Jakarta – Women, setujukah kamu bahwa setiap wanita memiliki nilai intrinsik dan potensi yang luar biasa. Penghargaan terhadap nilai dan keberdayaan setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin, adalah landasan penting untuk menciptakan masyarakat yang adil dan inklusif. Mendorong kesetaraan gender, memberikan kesempatan yang setara dalam pendidikan dan pekerjaan, serta mendukung kemandirian perempuan adalah langkah-langkah penting dalam menghargai kontribusi unik yang dapat diberikan oleh setiapwanita dalam berbagai aspek kehidupan.
Tapi tahukah kamu bahwa populasi penduduk Indonesia antara laki-laki dan perempuan hampirsebanding? Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dipublikasikan dalam Statistik Indonesia 2023 pada Februari lalu, diketahui bahwa jumlah penduduk Indonesia saat inimencapai 275,7 juta jiwa. Jumlah ini terdiri dari 139,3 juta orang laki-laki dan 136,3 juta orang perempuan. Angka yang sebanding ini harusnya memberikan kesempatan yang sebanding pada semua gender untuk berdaya dan berupaya terutama di industri kreatif dan digital
Data pun mencatat, ada sekitar 8,2 juta usaha kreatif di Indonesia yang didominasi oleh usaha kuliner, fesyen, dan kriya, sehingga 3 subsektor ini juga memiliki kontribusi terbesar terhadap PDB Ekonomi Kreatif.
Bukan jumlah yang sedikit ya, women. Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa kesetaraan gender tidak hanya tentang jumlah populasi yang seimbang, tetapi juga tentang pemberdayaan dan kesempatan yang setara dalam berbagai aspek kehidupan, termasukpendidikan, pekerjaan, dan partisipasi dalam kehidupan publik. Menggunakan potensi penuhdari semua individu, tanpa memandang jenis kelamin, dapat menghasilkan masyarakat yang lebih dinamis dan inklusif.
Realitasnya, lingkungan sosial dalam bermasyarakat menempatkan perempuan sebagai warga kelas kedua. Banyaknya persepsi yang melekat di masyarakat telah memberatkan langkahperempuan Indonesia khususnya masyarakat yang belum teredukasi akan pentingnya kesetaraan gender. Persepsi bahwa anak perempuan tidak perlu bersekolah tinggi dan bahkanbeban asuh anak yang dibebankan kepada seorang ibu semata. Tak hanya itu, data dari World Bank dan BAPPENAS tahun 2018 juga menyebutkan bahwa rendahnya tingkat partisipasiangkatan kerja perempuan yaitu sekitar 50,7% saja dibanding laki-laki yang mencapai angka84%.
Ini menjadi tantangan serius yang dihadapi oleh perempuan di Indonesia dalam mencapaikesetaraan gender. Persepsi dan norma sosial yang menganggap perempuan sebagai warga kelas kedua dapat menghambat potensi penuh mereka dalam berbagai bidang kehidupan.
Untuk mengatasi ketidaksetaraan gender ini, diperlukan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan organisasi non-pemerintah. Pendidikan yang mendukung kesetaraan gender, perubahan norma sosial yang merugikan, dan kebijakan yang mempromosikan kesetaraan dalam lingkup pekerjaan dapat menjadi langkah-langkah kunci. Dengan demikian, setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin, dapat mengakses kesempatan yang setara danberkontribusi penuh dalam pembangunan masyarakat.
Baca juga: Kampanye #KamuBerharga Bersama UBS Gold Mengajak Perempuan Mengenali Keaslian Dirinya
Cinta Laura melalui perusahaannya Cinta Paras Semesta mengajak masyarakat bersama-sama menyuarakan tantangan yang dialami masyarakat Indonesia untuk maju di industri kreatif dan digital. Cinta Paras Semesta yang memiliki arti rasa cinta merupakan muka atau paras dari semesta yang kita tinggali.
Meski tidak menyebutkan secara langsung bahwa grup perusahaannya ini dibangun untuk perempuan, tapi seperti yang kita tahu bahwa Cinta Laura merupakan figur yang aktifmenyuarakan keberpihakannya pada kesetaraan gender. Bahwa tidak hanya laki-laki, perempuanjuga bisa mendapatkan hak yang sama, khususnya peran perempuan dalam pembangunanekonomi.
Revoliocons salah satu anak perusahaan dari Cinta Paras Semesta, sebuah talent management yang diambil dari kata icons of revolutions. “Icons of revolutions dalam arti talent yang aku bina bukan hanya sekadar cantik atau bertalenta dalam bidang akting, nyanyi, apapun itu, mereka harus punya pikiran yang terbuka yang berani untuk menyuarakan isu-isu yang mereka pedulikam, so theyhave to be future leaders, so I’m not building future stars tapi misi aku adalah membangun pemimpin masa depan.“ ujarCinta dalam Podcast Raditya Dika yang diunggah pada Rabu (15/11/2023).
Pada lini bisnisnya yang lain, Menurut Cinta, Puella merupakan mulut dari Cinta Paras Semesta, adapun Puella sendiri merupakan platform digital yang dibuat Cinta untuk berdiskusi tentang banyak hal, mulai dari kasus tabu seperti pelecehan seksual, kekerasan, hingga mental health.
Melalui youtube channelnya Puella, Cinta tidak segan-segan vokal akan isu- isu ketimpangan sosial termasuk gender. Cinta berusaha mendobrak kesenjangan gender, ia percaya bahwa perempuan berharga dan berdaya. Salah satu programnya yang diberi judul ‘Bentuk Tubuh Gue Hot Apa Adanya, PERIODT!’ Bersama Nadya Syafira atau yang lebih dikenal dengan panggilan Gemat atau Sailormoney membahas bentuk tubuh wanita yang telah menjadi stigmamasyarakat luas.
Cinta Laura Kiehl dalam Pembukaan Rumah Sraddha (dok: Kompas)
Setuju ya women, bahwa penting untuk memahami bahwa bentuk tubuh perempuan tidak perludidefinisikan secara ketat atau diukur dengan standar tertentu. Kecantikan dan nilai seorang perempuan tidak semestinya terkait dengan parameter fisik atau ukuran tubuh. Setiap individu memiliki keunikan dan keberagaman dalam bentuk tubuh mereka, yang seharusnya dihormati dan diterima tanpa penilaian berlebihan.
Pentingnya menghargai keragaman bentuk tubuh perempuan terletak pada pembentukanbudaya yang mendukung penerimaan diri dan mempromosikan citra tubuh positif. Ini melibatkan penghormatan terhadap hak setiap individu untuk merasa nyaman dan percaya diridengan tubuhnya sendiri, tanpa adanya tekanan untuk mematuhi standar kecantikan yangsempit.
Penting juga untuk mempromosikan kesadaran akan keberagaman tubuh dan mencegah body shaming, sehingga setiap perempuan dapat merasa diterima dan dihormati tanpa memandangbentuk fisiknya. Ini adalah langkah penting dalam membangun masyarakat yang lebih inklusif dan mendukung kesejahteraan mental dan emosional setiap individu.
Sejauh Mana Ketimpangan Gender di Sektor Ekonomi?
Kesenjangan gender yang signifikan di Indonesia, seperti yang tercermin dalam data BPS mengenai Indeks Kesenjangan Gender (IKG) pada periode 2015-2017, menjadi perhatianserius. Angka kesenjangan gender yang bervariasi di setiap provinsi menunjukkan adanya disparitas yang perlu ditangani. Hal ini mencakup ketidaksetaraan dalam berbagai aspek, seperti partisipasi di pasar tenaga kerja, pendidikan, dan akses terhadap sumber daya ekonomi.
Pentingnya mengatasi kesenjangan gender di Indonesia tidak hanya terletak pada pencapaiankeadilan sosial, tetapi juga pada optimalisasi potensi ekonomi dan perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Mendorong partisipasi perempuan di sektor ekonomi, memberikan akses yang setara terhadap pendidikan, dan memitigasi faktor-faktor lain yang menyebabkanketidaksetaraan gender menjadi langkah-langkah penting untuk mencapai kesetaraan gender yang lebih baik di seluruh negeri.
Upaya kolektif dari pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesetaraan gender, di mana semua individu, tanpamemandang jenis kelamin, memiliki kesempatan dan akses yang sama dalam berbagai aspek kehidupan.
Pandangan Rosalina Verauli, seorang Psikolog keluarga dan remaja, mempertegas urgensi kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, karena memberikan mereka kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan. Pernyataannya didukung olehdata UNAC tahun 2012 yang menunjukkan bahwa perempuan mengalokasikan 90% dari pendapatannya untuk keluarga, sementara pria hanya mengalokasikan 30-40%. Fakta ini menggaris bawahi peran krusial perempuan dalam mendukung kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
Meskipun begitu, perempuan, terutama anak perempuan dan perempuan muda di Indonesia, masih dihadapkan pada sejumlah tantangan dalam mencapai kesetaraan. Tantangan ini mungkin termasuk akses terbatas terhadap pendidikan, kesempatan kerja yang setara, dan pengambilan keputusan yang sering kali dipengaruhi oleh norma-norma sosial yang tradisional.
Sejak dini, perempuan sering kali dihadapkan pada ekspektasi yang terkait dengan peran dan tanggung jawab mereka dalam keluarga dan masyarakat. Misalnya, stereotip tradisional dapatmencakup pandangan bahwa perempuan seharusnya fokus pada peran sebagai ibu danpendamping keluarga, sementara aspirasi karier atau minat mereka di bidang lain mungkindiabaikan.
Dikotak-kotakkan ini dapat memiliki dampak negatif terhadap perkembangan pribadi danprofesional perempuan, membatasi pilihan mereka, dan menciptakan ekspektasi yang mungkin tidak sesuai dengan potensi mereka. Oleh karena itu, penting untuk mempromosikan pendidikanyang mendukung kesetaraan gender, menghilangkan stereotip yang membatasi, dan memberikan dukungan untuk perempuan dalam mengejar minat dan aspirasi mereka tanpa terbatas oleh norma-norma gender yang kaku. Inklusi dan kesetaraan harus didorong sejak dini untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan penuh potensi setiap individu,tanpa memandang jenis kelamin.
Padahal ketimpangan gender dalam sektor ekonomi Indonesia menjadi isu penting yang perlumendapatkan perhatian serius. Meskipun kemajuan telah terjadi dalam beberapa aspek, seperti peningkatan partisipasi perempuan di pasar tenaga kerja, masih terdapat disparitas yangsignifikan antara laki-laki dan perempuan. Perempuan seringkali menghadapi hambatan dalam hal akses ke peluang pekerjaan yang setara, serta kesempatan untuk berkontribusi dalam kegiatan ekonomi, terutama di bidang kewirausahaan. Ketidaksetaraan gaji antara jenis kelamin juga menjadi permasalahan yang masih relevan. Penanggulangan ketimpangan gender dalam ekonomi tidak hanya menjadi kunci untuk mewujudkan keadilan sosial, tetapi juga untuk mengoptimalkan potensi ekonomi negara secara keseluruhan.
Langkah-langkah strategis, seperti peningkatan akses pendidikan dan pelatihan untukperempuan, dukungan terhadap kewirausahaan perempuan, serta perumusan kebijakan yangmendukung keseimbangan gender di tempat kerja, menjadi esensial untuk mencapai progres signifikan dalam mengatasi ketimpangan gender dalam konteks ekonomi Indonesia.
Berdasarkan temuan jurnal, Ketimpangan Gender Dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Pada Negara-Negara Asia Timur Dan Pasifik, Indeks Ketimpangan Gender Global (The Global Gender Gap Index) adalah indeks yang bertujuan untuk mengukur kemajuan menuju kesetaraan gender dan membandingkan ketimpangan gender antarnegara yang mulai diperkenalkan oleh World Economic Forum sejak tahun 2006. The Global Gender Gap Index mengaji ketimpangan antara laki-laki dan perempuan pada 4 dimensi (subindeks) dan 14 indikatorberbeda sebagai penyusunnya. Skor indeks yang tertinggi adalah 1 (kesetaraan) dan skorterendah adalah 0 (ketimpangan).
Adanya ketimpangan gender, terutama pada ketenagakerjaan juga akan mengurangi rata-rata modal manusia (human capital) karena peluang perempuan untuk berpartisipasi di pasar tenaga kerja dibatasi. Temuan penelitian ini konsisten dengan penelitian Cuberes & Teignier (2018), di mana bahwa ketimpangan gender dalam partisipasi tenaga kerja memberikan efek negatif langsung terhadap pasar. Ketimpangan gender dalam bidang ekonomi yaitu kewirausahaan mempengaruhi output pasar secara negatif tidak hanya dengan mengurangiupah dan partisipasi angkatan kerja tetapi juga dengan mengurangi rata-rata bakat pengusaha dan produktivitas.